Aku menyerah. Ya, menyerah, tapi bukan berarti
aku tak menginginkanmu. Jujur hati kecil ini ingin selalu berada di dekatmu
tapi aku berfikir lebih baik kamu mencari seseorang yang lebih baik dari aku. Keadaannya
kini tak jelas, kita sama-sama dalam keadaan yang tak seperti hari-hari lalu,
aku dan kamu kini seakan mengabaikan rasa itu. Aku pun merasa sesuatu yang
memuncak didiriku saat itu kini perlahan memudar, entah apa alasannya.
Aku berfikir mungkin kamu
bukanlah takdir yang Tuhan kirimkan untukku. Mungkin sekarang ada pria lain
yang mendekatimu, yang lebih baik dari aku, berpaling saja padanya, aku tak apa-apa.
Aku juga akan mencari wanita lain yang telah Tuhan pilihkan untukku. Ya, kini
kita harus terbiasa menjalani keadaan seperti biasanya tanpa rasa yang memuncak
itu. Bagiku sulit, tapi jika terus aku jalani pasti aku akan terbiasa melupakan
senyum manja itu, melupakan setiap gerak gerikmu, pergi meninggalkan bayangmu
yang sempat mengikutiku.
Ternyata mencintaimu hanyalah
emosi sesaatku saja, rupanya rasa itu hanya menggelitikku sesaat saja.haha
bodohnya aku tak menangkap itu sejak awal, mungkin karena aku telah
terperangkap oleh senyum manja itu? Atau mungkin bisa saja aku yang salah
membaca setiap gerak gerikmu terhadapku? Ah, masa bodoh. Kini aku pergi
tinggalkan rasa itu, biarlah itu berlalu, aku akan berjalan dengan senyuman terperih
walau kamu tak tahu bahwa aku sebenarnya mencintaimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar