Friday, February 24, 2012
Pukul 02:22 WIB
@My Room
Malem
ini gue gak bisa tidur, banyak pikiran yang begitu membuat otak gue terus
berkerja tanpa henti, dan satu hal yang selalu mengusik gue adalah soal asmara gue. Jujur, dari
setahun yang lalu gue ketemu lagi sama salah satu teman TK (Taman
Kanak-kanak) gue dulu. Seorang teman cewek gue. Saat TK dulu, gue cuma kenal
aja jarang main bareng, tegur sapa, pokoknya cuma kenal aja deh. Tapi setelah
gue ketemu lagi sama dia, selang beberapa bulan setelah kontak-kontakan lagi
muncul sebuah rasa yang gak pernah gue duga. Tiba-tiba gue punya rasa sayang
sama dia. Kalo lihat fotonya doi di account
Facebooknya doi jantung gue deg-degan, hati gundah gulana. Ya seperti pada
umumnya orang jatuh cinta lah, Itu yang gue rasain waktu itu. Saat itu kita
emang bener-bener lagi single, dan
akhirnya gue memberanikan diri buat nembak dia. Satu hal yang paling gue
takutin adalah gue ditolak sama dia, dan itu kejadian. Dan yang anehnya,
setelah peristiwa gue nembak dia itu, hubungan gue sama dia makin lama makin
dekat gak terasa kita menjalani Hubungan Tanpa Status (HTS). Merasa
bahwa HTS bukanlah suatu hubungan yang baik, akhirnya kita berdua
menjaga jarak. Entah mungkin kita berdua berjodoh atau tidak hubungan kita
makin lama makin dekat, sepakat buat jaga jarak tapi malah tambah dekat. Untuk
kedua kalinya gue nyatakan lagi rasa gue ke dia, dan jawaban yang sama selalu
dia ucapkan. Banyak banget perdebatan yang kita diskusiin buat bisa menyatukan
rasa ini, dan perbedaan adalah penghalang utama dari semua ini padahal, gue dan
doi banyak banget persamaannya. Gue bingung, kenapa harus perbedaan yang selalu
menjadi penghalang? Dimana yang katanya cinta itu buta? Buat gue, apa yang gue
alami ini tidaklah seperti teori-teori cinta yang selama ini selalu
diungkapkan. Dia selalu meminta gue buat mencari yang lebih baik daripada dia,
dan itu adalah hal tersulit buat gue. Gue udah merasa cocok sama dia, gue
nyaman sama dia, dan dia sumber inspirasi gue. Gue cuma pengen dia gak usah
membohongi perasaannya dia sendiri, dan jangan pernah takutkan hal yang belum
dijalani. Mencintai tidaklah menggunakan pikiran dan logika, tetapi hati. Gue
mau lo ngerti, cuma lo yang gue pengen dalam hidup gue, lo gak pernah tahu
betapa tersiksanya gue yang selalu berimajinasi ketika gue bangun dari tidur
gue, lo adalah orang yang selalu mengucapkan “selamat pagi, sayang”. Membunuh
rasa ini tidaklah mudah, dan gue gak bisa melakukannya. Gue bukan orang yang
kalah dengan pikiran, tapi gue lebih menyatukan hati dan pikiran untuk sesuatu
yang penting dalam perjalanan hidup gue. Lo pernah bilang ke gue “pasti yang
jadi cewek lo beruntung banget nu” dan gue mau lo jadi cewek yang beruntung
itu. “ku ingin kau menjadi milikku, entah bagaimana caranya. Lihatlah mataku
untuk memintamu” karena kamu adalah pemilik hatiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar