Kamis, 05 Januari 2012

Jalan Hidup


Gak bisa berfikir dengan jernih, banyak banget pikiran gue, sampai untuk memikirkan satu hal aja gak bisa fokus. Kosong, dan gak tau apa yang harus gue lakuin. Diantara pemikiran dewasa dan pemikiran alay. Pemikiran dewasa mengajak gue untuk bisa berfikir lebih jernih lagi dari sebelumnya, dan mencoba untuk menghilangkan pikiran-pikiran yang gak perlu. Sedangkan pemikiran alay, mengajak gue untuk melakukan hal-hal yang gak penting sama sekali dan juga gak ada gunanya.

Semua ini terjadi karena keputusan gue untuk pindah kampus. Alasan utama gue adalah, gue udah gak cocok dan gak ada hati buat ngampus di kampus yang lama itu. Tapi tanpa gue sadari, dan gue ketahui. Masalah ini dibawa sampai ke keluarga besar nyokab. Ya, tentu saja hasil yang keluar bukanlah hasil yang gue inginkan. Gue mau pindah ke IMI (Institut Musik Indonesia) dengan mengambil jurusan Music and Audio Production. yang dimana jurusan itu hanya mempelajari tentang audio dalam musik dan bagaimana kita bisa menjadi seorang produser musik dan orang-orang yang berkerja dibelakang layar.

Gue juga tahu, biaya perkuliahan di kampus itu gak murah, mahal banget. Inilah yang menyebabkan ortu, terlebih nyokab gue, mati-matian nentang keinginan gue itu. Dan nyokab adalah orang yang selalu membanding-bandingkan anaknya dengan orang lain. Ini yang bikin gue gak bisa jadi diri sendiri. Dan membandingkan dengan realita yang ada. Okelah, membandingkan dengan realita yang ada memang gak ada salahnya. Tapi, kenapa kita harus nyerah sama keadaan yang ada? Apakah ini namanya orang yang beragama dan percaya kalau Tuhan akan mencukupi segala kebutuhan kita?

Waktu itu gue juga sempet bilang, kunci utama sukses adalah keinginan – niat – fokus dan berusaha – sukses. Kenapa orang luar negeri bisa cepat sukses dari kita? Karena mereka fokus pada satu hal yang mereka sukai, dan menjadikan itu pekerjaan mereka. Kita orang Indonesia lebih suka mempunyai banyak keterampilan, yang artinya lebih lama untuk bisa sukses. Dan nyokab gue selalu mengendorkan niat anaknya dengan cara membanding-bandingkan (menyerah) pada realita yang ada. Hidup berawal dari sebuah mimpi, dan tugas kita hanya mewujudkan mimpi itu.

Tapi kalau kayak gini caranya, gimana gue bisa mewujudkan mimpi itu? Mungkin ini sebuah tantangan buat gue, sanggupkah gue melewati tantangan ini? Cita-cita gue simple kok. Cuma mau jadi manusia yang bisa sepenuhnya menjadi manusia. Dari kecil, gue bercita-cita jadi seorang musisi, dan saat ini dalam mata gue, cita-cita ini hanya butuh sedikit langkah dan usaha serta doa dari ortu buat bisa menggapainya. Semuanya sudah ada di depan mata. Gue gak tau harus gimana. Lebih baik gue berfikir sejenak. Mencari yang terbaik buat gue dan fokus akan pilihan itu. Dan yang gue tahu, apa yang gue pilih saat ini bukanlah sebuah emosi sesaat. Tapi inilah jalan hidup yang gue pilih.

Tidak ada komentar: